Minggu, 30 Maret 2014

Pengaruh Kebudayaan Korea terhadap Jati Diri Bangsa

            Di zaman globalisasi ini, sangat mudah bagi kita untuk dapat berkomunikasi bahkan mengenal berbagai macam kebudayaan dan adat istiadat negara lain. Beberapa tahun lalu hingga saat ini, para remaja Indonesia sangat dibuat candu oleh berbagai macam kekreatifitasan dari negara Kore. Dimulai dari beberapa drama-drama korea yang sering disiarkan di stasiun TV Indonesia, masyarakat Indonesia mulai mengenal artis-arti Korea. Tentu saja hal ini membuat banyak kaum wanita terutama pada remaja mulai mengidolakan arti dan aktor Korea. Dan tidak hanya itu saja yang diidolakan tetapi sejumlah penyanyi dan boy band – girl band dari Korea juga diidolakannya.
            Dan sekarang permasalahannya adalah, bagaimana kebudayaan kita bisa bertahan, jika efek negatif dari globalisasi ini terus terjadi dan tak diolah dengan profesiona hal itu bisa mengakibatkan masyarakat Indonesia harus siap dijajah oleh dunia entertaiment, kebudayaan, serta produk-produk luar negri. Tentu saja hal ini nyaris tidak mungkin diubah karean kesukaan seseorang akan suatu hal merupakan hak nya masing-masing dan kita tidak berhak untuk melarang seseorang membenci dunia entertaiment negara lain.
            Menurut artikel yang berjudul Hallyu menjelaskan tentan Korean Wave. Dalam artikel tersebut menjelaskan bahwa Korean Wave adalah istilah yang diberikan untuk tersebarnya budaya Korea pada berbagai negara di dunia.
            Indonesia termasuk negara yang sedang terkena demam Korea. Hal ini dapat terlihat di layar televisi Indonesia yang sekarang berlomba untuk menayangkan informasii dan hiburan yang berhubunggan dengan Korea. Seiring dengan perkembangan zaman, akhirnya para remaja Indonesia banyak yang mengikuti budaya Korea.
            Acara-acara televisi pun mulai mengembas program acaranya denan kesan Korea. salah satunya sinetron yang dibuat oleh stasiun televisi swasta. Melibatkan boyband Indonesia sebagai pemeran utama. Pada sinetron tersebut terlihat bagaimana gaya rambut, dandanan, fashion dan pernak-pernik Korea menjadi muatan penting dalam garapan sinetron tersebut. Namun ada juga nilai positif dati ketertarikan para remaja Indonesia pada kebudayaan Korea yaitu pada hubungan antarnegara.
            Namun kita sebaiknya tidak terlalu menggemari budaya Korea sehingga melupakan budaya Indonesia yang sudah jauh lebih dulu dikenal sebelum budaya Korea masuk Indonesia.
            Pada sisi positif atas fenomena ini bisa dijadikan sebagai kesempatan untuk membangkitkan sekaligus mengenalkan budaya Indonesia, salah satunya adalah batik. Masih ada beberapa boyband dan girlband Indonesia yang masih ingin mempertahankan kebudayaan Indonesia dengan memakai batik dalam setiap penampilannya.
            Bagi para remaja Indonesia yang sangat menggemari hal-hal yang berbau Korea, para promotor berlomba-lomba mengundang para boyband dan girlban dari Korea untuk datang ke Indonesia, bahkan ada promotor yang mampu menyelenggarakan konser tunggal boyband Korea yang cukup terkenal di Indonesia.
            Layaknya budaya Barat yang berkembang di Indonesia, budaya demam Korea juga pasti memberikan pengaruh positif dan negatifnya bagi para remaja Indonesia. Beberapa dampak positifnya adalah :
  • Belajar menabung

Para remaja Indonesia yang begitu mencintai kebudayaan Korea pasti akan senang berbruru segala hal yang berbau Korea. Selain itu, bagi para penggemar boyband dan girlband Korea, tentu mereka sangatlah ingin menonton konser para idola mereka secara langsung. Hal ini mendorong mereka untuk belajar menabung dan menghemat uang jajan mereka sendiri.
  •  Belajar berbisnis
Bagi para remaja yang pandai berbisnis, pasti mereka tidaklah menyia-nyiaknan demam Korea ini. Mereka menyediakan barang-barang seperti mug bergambar, tas lukis, sepatu lukis, jaket dan T-shirt. Dengan ini mereka juga mendapatkan informasi tentang Korea dan juga belajar berbisnis.
  • Menambah teman dan pengalaman
Mereka bisa membentuk beberapa kelompus sesuai dengan nama boyband atau girlband yang mereka sukai, kelompok ini dinamakan fandom. Mereka bisa saling bertukar informasi, mereka juga bisa belajar bahasa Korea bersama-sama dan bahkan belajar dance dalam acara tersebut.

            Sedangkan dampak negatif yang muncul adalah :
  • Perilaku hidup boros

Meski mereka menabung untuk mendapatkan barang-barang asli Korea, namun hal itu juga bukanlah hal yang baik karena uang yang begitu banyak dikumpulkan terbuang sia-sia hanya untuk sesuatu yang tidak perlu.
  •  Munculnya unsur pornografi dan pornoaksi

Moral para remaja pencita Korea mulai diracuni dengan hal yang berbau pornoaksi dan pornografi, hal ini dapat berakibat fatal bagi para pecinta Korea yang masih di bawah umur, mereka dengan cepat bisa mengerti dan belajar tentang hal-hal yang seharusnya belum perlu mereka ketahui.

3.       

Kisah Nyata Hellen Keller

Hellen Adam Keller lahir sebagai anak yang sehat di Tuscumbia,Alabama, Amerika serikat pada 27 Juni 1880 disuatu tempat yang dikenal dengan nama “Ivy Green”. Dari ayahnya, ia merupakan keturunan Alexander Spottswood seorang gubernur colonial dari Virginia yang juga memiliki hubungan dengan keluarg-keluarga pahlawan Utara Amerika. Dari ibunya, ia memiliki hubungan darah dengan keluarga-keluarga new England termasuk Hales, Everetts dan Adamses. Ayahnya bernama Kapten Arthur Keller, seorang editor surat kabar North Alabamian. Kapten Arthur Keller juga memiliki ketertarikan yang kuat kepada kehidupan public dan merupakan orang yang berpengaruh dilingkungannya. Pada tahun 1885 dibawah administrasi Cleveland, ia diangkat menjadi Marshal untuk Alabama Utara.
Penyakit yang menimpa Helen keller pada saat berumur 19 bulan membuat ia menderita tuli dan buta sebelum ia mengetahui cara membaca dan menulis. Pada saat itu ia diduga mengidap demam otak dan mungkin saja sekarang lebih tepatnya dikenal dengan nama demam scarlet. Karena penyakitnya sejalan bersama pertumbuhannya, ia menjadi anak yang liar dan tidak patuh serta tidak mengenal dengan jelas dunia yang ada disekelilingnya.
Kehidupan Helen keller yang baru dimulai pada Maret 1887 ketika ia berumur kurang lebih 7 tahun. Hari itu merupakan hari yang paling penting yang selalu ia ingat dalam hidupnya, ia kedatangan seorang perempuan Anne Mansfield Sulivan dari Tuscumbia yang menjadi gurunya. Nona Sulivan, merupakan perempuan berumur 20-an lulusan Sekolah khusus orang buta bernama Perkin School. Ia merupakan orang yang mendapatkan penglihatannya kembali melalui serangkaian operasi. Ia datang atas unjuran simpatik Alexander Graham Bell yang merupakan kenalan keluarga Anne. Semenjak hari itu, edua orang tersebut, menjadi guru-murid yang tak terpisahkan hingga kematiannya pada awal 1936.
Nona Sullivan memulai tugasnya untuk mengubah anak yang tidak terkontrol menjadi sosok yang sukses dengan memberikan boneka yang merupakan buatan anak-anak dari sekolah Perkin (sekolah khusus orang cacat yang kemudian dibuat khusus untuk Helen). Dengan mengejakan d-o-l-l (boneka) melalui tangan , ia berharap dapat menghubungkan objek dengan huruf. Helen ternyata belajar dengan cepat dengan metode yang tepat pula, namun ia tidak tahu bagaimana cara untuk mengucapkan kata-kata. Selama beberapa hari, ia banyak belajar mengeja kata-kata baru namun dengan cara yang tidak dapat dimengerti oleh orang lain.
Suatu hari ia dan “guru”-panggilan Helen untuk Sullivan- pergi ke tempat sumur pompa terbuka. Nona Sullivan mulai memompakan air dan menaruh tangan Helen dibawah keran air tersebut. Begitu air menyentuh tangan Helen, ia mencoba untuk mengeja secara perlahan kata ‘w-a-t-e-r (air) melalui tangan helen yang satunya kemudian semakin cepat. Tiba-tiba, sinyal itu dapat dimengerti oleh pikiran Helen. Ia akhirnya tahu bahwa water (air) adalah zat dingin luar biasa yang mengalir ditangannya. Setelah ia mengerti, ia berhenti dan menyentuh tanah dan menanyakan ejaan untuknya. Pada saat malam tiba, ia sudah mempelajari 30 kata-kata baru.
Sewaktu ia mengecap pendidikan, ia belajar menguasai alphabet dengan cepat, baik manual maupun huruf timbul khusus bagi orang buta serta meningkatkan kemampuan membaca dan menulis. Di tahun 1890, ketika umurnya masih 10 tahun, ia mencoba untuk belajar berbicara. Entah bagaimana ia mengetahui bahwa seorang gadis buta tuli di Norway sudah dapat berbicara dengan baik. Nona Sarah Fuller di Horace Mann School merupakan orang pertama yang menjadi guru vokal untuknya.
Sejak ia masih kecil, ia selalu berkata suatu hari saya akan masuk perguruan tinggi dan akhirnya ia membuktikannya. Pada tahun 1898, ia berhasil masuk ke Cambrige school for young ladies sebelum akhirnya ia masuk ke Radcliffe College pada musin gugur 1900 dan menamatkan sekolahnya pada tahun 1904 dengan prestasi Cumlaude. Selama tahun-tahun berikutnya sampai ia meninggal di tahun 1936, Anne Sullivan selalu berada disampingnya, terus menerus mengeja buku demi buku, ceramah demi ceramah melalui tangan Helen.
Pendidikan formalnya berakhir sewaktu ia menerima gelar Sarjana Muda, namun selama hidupnya ia selalu belajar secara informal hal-hal yang penting bagi masyarakat moderen. Dengan pengetahuannya yang luas serta banyaknya pencapaian dibidang pendidikan, ia dianugerahkan gelar doktor kehormatan dari temple university dan harvard university seta dari universitas Glasgow di Skotlandia; Berlin, Jerman; Delhi, India; dan Witwatersran di Johannesburg Afrika Selatan. Ia juga merupakan peserta kehormatan untuk education institute di Scotland.
Pada tahun 1905, Anne Sullivan menikah dengan John Macy,seorang kritikus dan sosialis terkemuka. Pernikahan tersebut tidak merubah hubungan guru dan murid tersebut. Helen akhirnya tinggal bersama Anne dan suaminya. Keduanya terus memberikan waktu untuk pendidikan dan aktifitas Helen. Selama masih berstatus murid di Radcliffe, Helen memulai karir menulis yang kemudian ditekuninya selama hampir 50 tahun. Pada tahun 1903, The story of My Llife (kisah hidupku) muncul dalam bentuk cerita bersambung di Ladies Home Journal dan kemudian muncul dalam bentuk buku. Merupakan karya yang paling populer dan telah diterjemahkan ke dalam 50 bahasa termasuk Marathi, Pusthu, Tagalog dan Vedu. Juga dibuat dalam bentuk edisi buku tipis di Amerika Serikat. Publikasinya yang lain adalah : Optimis; An Essay; The World I Live In; The song of the stone wall; Out of the Dark; My Religion; Midstream- my later life; Peace at eventide; Helen Keller in Scotland; Helen Keller Journal; Let us have faith; Teacher, Anne Sullivan Macy dan the open door.
Helen Keller adalah wanita tegar yang menjadi inspirasi bagi Dunia, dan ia di kenal sebagai pejuang hak-hak wanita, pembela orang cacat serta pengarang produktif dan sukses.
Helen Keller bisa membuktikan bahwa keterbatasan fisik tidak bisa mengekang manusia untuk sukses, selama ada keyakinan diri, kerja keras dan semangat.